NAKIRAH - MA'RIFAH
نَكِرَة - مَعْرِفَة
Menurut
penunjukannya, Isim dapat dibagi dua:1) ISIM NAKIRAH atau kata benda sebarang atau tak dikenal (tak tentu).
2) ISIM MA'RIFAH atau kata benda dikenal (tertentu).
Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf akhirnya yang bertanwin ( ً ٍ ٌ ). Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya.
Contoh Isim Nakirah: بَيْتٌ (= sebuah rumah), وَلَدٌ (= seorang anak)
Contoh Isim Ma'rifah: اَلْبَيْتُ (= rumah itu), اَلْوَلَدُ (= anak itu)
Coba bandingkan dan perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim Nakirah dan Isim Ma'rifah dalam dua buah kalimat di bawah ini:
ذَلِكَ بَيْتٌ.
اَلْبَيْتُ كَبِيْرٌ.
|
= Itu
sebuah rumah. Rumah itu baru.
|
جَاءَ وَلَدٌ.
اَلْوَلَدُ مُؤَدِّبٌ.
|
=
Datang seorang anak. Anak itu sopan.
|
1. Isim Alam (Nama).
Semua Isim 'Alam termasuk Isim Ma'rifah, meskipun diantara Isim 'Alam tersebut ada yang huruf akhirnya bertanwin.
Contoh: أَحْمَدُ (= Ahmad), عَلِيٌّ (= Ali), مَكَّةُ (= Makkah)
2. Isim Dhamir (Kata Ganti).
Yaitu kata yang mewakili atau menggantikan penyebutan sesuatu atau seseorang atau sekelompok benda/orang. Contoh: أَنَا (= aku, saya), نَحْنُ (= kami, kita), هُوَ (= ia, dia)
3. Isim Isyarah (Kata Tunjuk)
Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk: a) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
b) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
4. Isim Maushul (Kata Sambung)
Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk
menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam
bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata:
"yang".
Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ (=yang). Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul
dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat
I
|
جَاءَ الْمُدَرِّسُ
|
=
datang guru itu
|
Kalimat
II
|
اَلْمُدَرِّسُ يَدْرُسُ الْفِقْهَ
|
= guru
itu mengajar Fiqh
|
Kalimat
III
|
جَاءَ الْمُدَرِّسُ الَّذِيْ يَدْرُسُ الْفِقْهَ
|
= datang guru yang mengajar Fiqh |
Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Muannats maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ
جَاءَتِ الْمُدَرِّسَةُ الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْهَ
|
=
datang guru (pr) yang mengajar Fiqh itu
|
5.
Isim yg dima’rifahkan oleh AL.
contoh:الْكِتَابُ،
الطَّالِبُ
kitab itu, siswa
itu
6. Isim Mudhaf pada isim
ma’rifah.
contoh:كِتَابِيْ جَدِيْدٌ. كَلاَمُ عَلِيٍّ بَلِيْغٌ
kitabku baru,
perkataan Ali fasih
Mubtada’ Dan Khabar
اَللَّفْظِيَّةِ
اَلْعَوَامِلِ عَنْ اَلْعَارِي اَلْمَرْفُوعُ اَلِاسْمُ هو : اَلْمُبْتَدَأُ
Mubtada adalah isim yang dirafa’kan yang Kosong dari
amil-amil sebangsa lafadzh.
إِلَيْهِ
اَلْمُسْنَدُ اَلْمَرْفُوعُ اَلِاسْمُ هُوَ : وَالْخَبَرُ
Khabar adalah isim yang dirafa’akan yang disandarkan kepada
mubtada’.
Contoh
:
· تِلْكَ مَكْتَبَةٌ, هِيَ واسعةٌ
· ذَلِكَ
كِتَابٌ, هُوَ عَلَى
الْمَكْتَبِ
· الْمَكْتَبَةُ,
واسعةٌ
· الْكِتَابُ,
عَلَى الْمَكْتَبِ
Contoh
susunan jumlah (kalimat) di atas, kesemuanya adalah jumlah ismiyyah.
Hanya
saja kalimat pertama dan kalimat kedua berbeda pada khabarnya, di mana khabar
pada kalimat pertama adalah berupa isim sifat,dan kalimat keduanya khabar
berupa syibhul jumlah.
Sedangkan هِيَ dan هُوَ adalah sama-sama mubtada’ berupa
dhamir munfashil
Dan
pada kalimat ketiga dan keempat mubtada’nya adalah isim ma’rifat berupa isim
yang ada alif lamnya.
Apabila
kita perhatikan, pada empat susunan contoh kalimat di atas, maka kita akan
dapatkan bahwa mubtada’ terletak di awal kalimat sebelum khabar, karena pada
prinsipnya memang mubtada adalah isim marfu’ yang terdapat di awal kalimat.
Kalimat
Perlu
kita ketahui bersama bahwa sebuah kalimat dalam bahasa arab itu tersusun dari tiga
hal:
1.
Fi’il (kata kerja)
2.
Isim (kata benda)
3.
Huruf yang memiliki makna
Sekarang,
mari kita bahas secara singkat istilah-istilah yang telah saya sebutkan di
atas;
Pertama: Fi’il (الفعل )
Al Fi’lu
atau fi’il secara bahasa memiliki makna perbuatan atau kata kerja. Sedangkan
menurut istilah dalam ilmu nahwu, fi’il adalah kata yang menunjukkan suatu
makna yang ada pada zatnya serta terkait dengan waktu. Fi’il itu ada tiga:
1.
Fi’il Madhi (فعل الماضي)
2.
Fi’il Mudhori’ (فعل المضارع)
3.
Fi’il Amar (فعل الامر)
Penjelasan:
1.
Fi’il Madhi adalah kata kerja untuk masa lampau atau dalam istilah
bahasa inggrisnya adalah past tense yang memiliki arti telah melakukan sesuatu.
Contohnya: قَامَ (telah berdiri) atau جَلَسَ (telah duduk).
2.
Fi’il Mudhari’ adalah kata kerja yang memiliki arti sedang
melakukan sesuatu atau dalam istilah bahasa inggrisnya present continues tense.
Contohnya: يَقُوْمُ (sedang berdiri) atau يَجْلِسََُ (sedang duduk).
3.
Fi’il Amar adalah kata kerja untuk perintah. Contohnya قُمْ (bangunlah!) atau اِجْلِسْ(duduklah!).
Kedua: Isim (ألاِسْمُ)
Isim
secara bahasa memiliki arti yang dinamakan atau nama atau kata benda. Sedangkan
menurut ulama nahwu, isim adalah kata yang menunjukkan suatu makna yang ada
pada zatnya akan tetapi tidak berkaitan dengan waktu. Isim itu terbagi-bagi
menjadi beberapa jenis yang bisa dikelompokkan sesuai dengan kelompoknya.
Karena isim banyak sekali, maka kita tidak membahasnya disini. Akan tetapi,
untuk memberi pengertian dasar tentang isim, maka berikut contohnya:
زَيْدٌ artinya Zaid (Isim ‘Alam = nama
orang),
جََاكَرْتَا artinya Jakarta (nama tempat),
هَذَا artinya ini (kata tunjuk), نَااَ artinya saya (kata ganti) dan contoh-contoh yang lain.
Ketiga: Huruf yang memiliki arti
(الْحَرْفُ)
Huruf
secara bahasa memilki arti huruf seperti yang kita kenal dalam bahasa indonesia
ada 26 huruf. Sedangkan dalm bahasa arab kita mengenal ada 28 huruf yang kita
kenal dengan huruf hijaiyah. Akan tetapi, huruf yang dimaksud disini bukan
setiap huruf hijaiyah melainkan huruf hijaiyah yang memiliki arti seperti وَ(dan) فَ(maka) بِ(dengan)لِ (untuk) سَ(akan) كَ(seperti). Adapun huruf-huruf seperti Alif, Ta, Tsa, dan yang lain
yang tidak memiliki arti maka tidak dapat menyusun suatu kalimat, melainkan
hanya menyusun suatu kata saja.
Maka
dapat kita simpulkan bahwa fi’il adalah kata kerja, isim adalah kata benda dan
setiap kata selain kata kerja, dan huruf disini adalah setiap huruf hijaiyah
yang memiliki arti.
KHABAR MUQADDAM
DAN
MUBTADA’ MUAKHKHAR
kita akan dapati perbedaan pada pembahasan
mengenai khabar muqaddam dan mubtada’ muakhkhar. Di
mana pada pembahasan ini mubtada terletak setelah khabar dan khabar terletak
sebelum mubtada.
Oleh sebab itulah mubtada’ yang terletak di
akhir atau setelah mubtada’disebut dengan mubtada’ muakhkhar (mubtada’ yang
diakhirkan) dan khabar yang terletak sebelum mubtada disebut dengan khabar
muqaddam (khabar yang didahulukan).
Contoh :
الْكِتَابُ, عَلَى الْمَكْتَبِ
Menjadi
· عَلَى
الْمَكْتَبِ كِتَابٌ
Apabila
kita perhatikan perubahan dua jumlah ismiyyah di atas, maka kita akan
mendapatkan beberapa kesimpulan :
- Khabar yang dapat menjadi khabar
muqaddam adalah berupa syibhul jumlah, tidak khabar yang berupa isim sifat.
- Pada perubahan mubtada muakhkhar, Alif Lam
dihilangkan dan harakat menjadi tanwin (dhammatain/un).
FI'IL
فِعْل
(Kata Kerja)
Fi'il atau Kata Kerja dibagi atas dua golongan besar
menurut waktu terjadinya:(Kata Kerja)
1. FI'IL MADHY ( مَاضِي فِعْل ) atau Kata Kerja Lampau.
2. FI'IL MUDHARI' ( مُضَارِع فِعْل ) atau Kata Kerja Kini/Nanti.
Baik Fi'il Madhy maupun Fi'il Mudhari', senantiasa mengalami perubahan bentuk sesuai dengan jenis Dhamir dari Fa'il ( فَاعِل ) atau Pelaku pekerjaan itu.
Untuk Fi'il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi'il Mudhari', perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.
Dhamir
|
Fi'il Madhy
|
Fi'il Mudhari'
|
Tarjamah
|
أَنَا
|
فَعَلْتُ
|
أَفْعَلُ
|
= saya mengerjakan
|
نَحْنُ
|
فَعَلْنَا
|
نَفْعَلُ
|
= kami mengerjakan
|
أَنْتَ
|
فَعَلْتَ
|
تَفْعَلُ
|
= engkau (lk) mengerjakan
|
أَنْتِ
|
فَعَلْتِ
|
تَفْعَلِيْنَ
|
= engkau (pr) mengerjakan
|
أَنْتُمَا
|
فَعَلْتُمَا
|
تَفْعَلاَنِ
|
= kamu berdua mengerjakan
|
أَنْتُمْ
|
فَعَلْتُمْ
|
تَفْعَلُوْنَ
|
= kalian (lk) mengerjakan
|
أَنْتُنَّ
|
فَعَلْتُنَّ
|
تَفْعَلْنَ
|
= kalian (pr) mengerjakan
|
هُوَ
|
فَعَلَ
|
يَفْعَلُ
|
= dia (lk) mengerjakan
|
هِيَ
|
فَعَلَتْ
|
تَفْعَلُ
|
= dia (pr) mengerjakan
|
هُمَا
|
فَعَلاَ
|
يَفْعَلاَنِ
|
= mereka berdua (lk) mengerjakan
|
هُمَا
|
فَعَلَتَا
|
تَفْعَلاَنِ
|
= mereka berdua (pr) mengerjakan
|
هُمْ
|
فَعَلُوْا
|
يَفْعَلُوْنَ
|
= mereka (lk) mengerjakan
|
هُنَّ
|
فَعَلْنَ
|
يَفْعَلْنَ
|
= mereka (pr) mengerjakan
|
Isim Mudzakkar Dan Muannats
تَقْسِيْمُ الاِسْمِ بِالنَّظَرِ إِلَى نَوْعِهِ
(Pembagian Isim ditinjau dari segi jenisnya)
Dalam tata bahasa Arab, dikenal adanya penggolongan Isim ke dalam Mudzakkar
(laki-laki) atau Muannats (perempuan). Penggolongan ini ada yang memang sesuai dengan jenis kelaminnya (untuk manusia dan hewan)
dan adapula yang merupakan penggolongan secara bahasa saja (untuk benda dan lain-lain).
Contoh Isim Mudzakkar
|
Contoh Isim Muannats
|
||
عِيْسَى
|
(= 'Isa)
|
مَرْيَم
|
(=
Maryam)
|
اِبْنٌ
|
(=
putera)
|
بِنْتٌ
|
(= puteri)
|
بَقَرٌ
|
(= sapi jantan)
|
بَقَرَةٌ
|
(= sapi betina)
|
بَحْرٌ
|
(= laut)
|
رِيْحٌ
|
(= angin)
|
1. Isim Mudzakkar adalah isim
yang menunjukkan jenis laki-laki
a. Isim Mudzakkar Haqiqi
Isim yang berasal dari kelompok
makluk hidup yang berjenis kelamin laki-laki.
Contoh:
تِلْمِيْذٌ (Seorang siswa laki-laki)
أَسَدٌ (Seekor singa jantan)
b. Isim Mudzakkar Majazi
Ism yang berasal dari kelompok
benda mati yang dianggap berjenis kelamin laki-laki berdasarkan kesepakatan
orang arab.
Contoh:
بَيْتٌ (Sebuah rumah)
قَمَرٌ (Bulan)
2. Isim Muannats adalah isim
yang menunjukkan jenis perempuan
A. Isim Muannats Haqiqi
Isim yang berasal dari kelompok
makluk hidup yang berjenis kelamin perempuan.
Contoh:
\
مُدَرِّسَةٌ (Seorang pengajar perempuan)
هِرَّةٌ (Seekor kucing betina)
B. Isim Muannats Majazi
Isim yang berasal dari kelompok
benda mati yang dianggap berjenis kelamin perempuan berdasarkan kesepakatan
orang arab
Contoh:
دَارٌ (Sebuah perkampungan)
شَمْسٌ (Matahari)
Dari segi bentuknya, Isim Muannats
biasanya ditandai dengan adanya tiga jenis huruf di belakangnya yaitu:a) Ta Marbuthah ( ة ). Misalnya: فَاطِمَة (=Fathimah), مَدْرَسَة (=sekolah)
b) Alif Maqshurah ( ى ). Misalnya: سَلْمَى (=Salma), حَلْوَى (=manisan)
c) Alif Mamdudah ( اء ). Misalnya: أَسْمَاء (=Asma'), سَمْرَاء (=pirang)
Namun adapula Isim Muannats yang tidak menggunakan tanda-tanda di atas.
Misalnya:
رِيْحٌ(= angin), نَفْسٌ (= jiwa, diri), شَمْسٌ (= matahari)
Bahkan ada pula beberapa Isim Mudzakkar yang menggunakan Ta Marbuthah.
Contoh:
حَمْزَة (= Hamzah), طَلْحَة (= Thalhah), مُعَاوِيَة (= Muawiyah)
Jama' (جَمْعٌ)
Yaitu Isim yang menunjukkan jumlah banyak (lebih dari dua):
- Jama'
Mudzakkar Salim (السَـالِـمُ الـمُـذَكَّـر جَـمْـعُ)
Misal:
Para muslim (مُـسْلِـمُـوْنَ - مُـسْلِـمِـيْـنَ)
(muslimuuna atau muslimiina)
Cara membuat isim jama' mudzakkar salim:
“akhir kata isim mufrod ditambahkan dengan wawu
dan nun yang
didahului oleh harokat dhommah atau dengan ya’ dan nun yang didahului oleh harokat kasroh, dengan nun
berharokat fathah”
- Jama'
Muannats Salim (السَـالِـمُ الـمُـؤَنَّـثِ
جَـمْـعُ)
Misal:
Para muslimah (مُـسْلِـمَـاتٌ - مُـسْـلِـمَـاتٍ)
(muslimaatun ataumuslimaatin)
Cara membuat jama' muannats salim:
“ta’ marbutoh pada isim mufrod muannats
dihilangkan, kemudian harokat akhir dijadikan fathah, lalu ditambahi dengan
alif dan ta’”
- Jama'
Taksir (التَـكْسِـيْـرِ جَـمْـعُ)
Misal :
§ para lelaki (رِجَـالٌ), isim mufrodnya (رَجُـلٌ)
§ para ulama (عُـلَـمَـاءُ), isim mufrodnya (عَالِـمٌ)
§ buku-buku (كُـتُـبٌ), isim mufrodnya (كِتَـابٌ)
§ gunung-gunung (جِـبَـالٌ), isim mufrodnya (جَـبَلٌ)
Jama' taksir memiliki
banyak pola dan tidak teratur, tidak seperti halnya jama' mudzakkar salim dan
jama' muannats salim yang hanya memiliki satu pola. Untuk mengetahui jama'
taksir suatu isim, maka sering-seringlah “melihat kamus”.
Huruf JAR
1. مِنْ (Dari)
خَرَجْتُ مِنَ الْمَنْزِل (Aku keluar dari rumah)
هَذِهِ الصَّدَقَةُ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ
(Shadaqah ini dari orang-orang
yang berbuat baik)
2. إِلَى (Ke)
سَأَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِد (Aku akan pergi ke masjid)
3. عَنْ (Dari)
هَذَا الْحَدِيْثُ رُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ
(Hadits ini diriwayatkan dari
Aisyah)
4. عَلَى (Di atas)
اَلْكِتَاُب عَلَى الْمَكْتَب (Buku itu berada di atas meja)
5. فِي (Di dalam)
نَحْنُ نَطْلُبُ الْعِلْمَ فِي الْمَسْجِد
(Kami menuntut ilmu di dalam
masjid)
6. رُبَّ (Betapa banyak / sedikit)
رُبَّ عَمَلٍ صَالِحٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ
(Betapa banyak amalan yang kecil
menjadi besar nilainya disebabkan oleh niat)
7. بِ (Dengan)
كَتَبْتُ الدَّرْسَ بِالْقَلَم (Aku menulis pelajaran dengan
pena)
8. كَ (Seperti)
عُمَرُ كَالأَسَدَ (Umar seperti singa)
9. لِ (Milik)
هَذَا الْكِتَابُ لِمُحَمَّدٍ (Kitab ini miliknya Muhammad)
10. حَتَّى (Sampai)
أَكَلْتُ السَّمَكَ حَتَّى رَأْسِه (Aku makan ikan sampai kepalanya)
11. وَاوُ الْقَسَمِ (وَ)
وَاللهِ أَنَا مُسْلِمٌ (Demi Allah aku adalah seorang
muslim)
12. تَاءُ الْقَسَمِ (تَ)
تَاللهِ أَنَا مُسْلِمٌ (Demi Allah aku adalah seorang
muslim)
13, 14. مُنْذُ dan مُذْ (Sejak)
مَا رَأَيْتُهُ مُنْذُ الأُسْبُوْعِ الْمَاضِيَة
(Aku tidak melihatnya semenjak
seminggu yang lalu)
15, 16, 17. عَدَ ,خَلاَ dan حَاشَا (Selain / kecuali)
رَجَعَ الطُّلاَّبُ خَلاَ مُحَمَّدٍ
(Para mahasiswa telah pulang
kecuali Muhammad)
Athaf
(اَلْعَطْفُ)
A. Pengertian Athaf
Athaf
adalah merupakan bab yang dibahas dalam Ilmu Nahwu, yang secara bahasa
mempunyai arti mengikuti. Namun dalam istilah Nahwu akan mudah dipahami,kalau
athaf itu dijelaskan dengan penggunaan kalimat (gramatikal arab) yang
dirangkaiatau dicontohkan secara kalimat, meliputi huruf-huruf athaf dan kalimat yang diathafi.
B. Huruf-huruf Athaf
Huruf-huruf
Athaf (huruf-huruf yang untuk menggabungkan satu isim dangan isim yang lain,
atau satu fi’il dengan fi’il yang lain dalam segi i’rob-nya) itu ada sepuluh
huruf yaitu :
1. وَ (dan)
Digunakan untuk sekedar menggabungkan dua
kata atau lebih.
Contoh:
جَاءَ مُحَمَّدٌ وَحَسَنٌ وَسَعِيْدٌ (Muhammad, Hasan dan Sa’id telah
datang)
2. فَ (maka)
Digunakan untuk menggabungkan dua
kata atau lebih secara berurutan dengan tanpa adanya jeda (لِلتَّرْتِيْبِ مَعَ التَّعْقِيْبِ)
Contoh:
جَاءَ مُحَمَّدٌ فَحَسَنٌ فَسَعِيْدٌ (Muhammad datang,
kemudian Hasan, kemudian Sa’id)
3. ثُمَّ (kemudian)
Digunakan untuk menggabungkan dua
kata atau lebih secara berurutan dengan disertai adanya jeda (لِلتَّرْتِيْبِ مَعَ التَّرَاخِي)
Contoh:
دَخَلَ الْمَسْجِدَ مُحَمَّدٌ ثُمَّ حَسَنٌ (Muhammad masuk masjid kemudian
-beberapa saat kemudian- Hasan)
4. أَوْ (atau)
Digunakan untuk menggabungkan dua
kata atau lebih untuk menunjukkan sebuah pilihan atau untuk mengungkapkan
keragu-raguan.
Contoh:
يُبَاحُ لِجَمْعِ الطُّلاَبِ لَعِبٌ أَوْ تَعَلُّمٌ فِي يَوْمِ الإِجَازَةِ
(Dibolehkan bagi segenap
mahasiswa untuk bermain atau belajar pada hari libur)
نَقَلَ الْخَبَرَ مُحَمَّدٌ أَوْ عَلِيٌّ (Yang menukil kabar adalah
Muhammad atau Ali)
5. أَمْ (atau)
Digunakan untuk menggabungkan dua
kata atau lebih guna menuntut suatu kejelasan. Huruf ini biasanya terletak
setelah huruf istifham “a” (أَ)
Contoh:
هَلْ أَبُوْكَ مُهَنْدِسٌ أَمْ طَبِيْبٌ (Apakah Bapakmu seorang Insinyur
ataukah Dokter?)
6. بَلْ (bahkan)
7. لَا (tidak)
8. حَتَّ (sehingga/sampai)
9.
لَكِنْ (akan tetapi)
10. إِمَّا (adakalanya)
Pada
contoh-contoh diatas, lafal yang ada sesudah wau (atau yang lainnya dari huruf
athaf) disebut ma’tuf. Sedangkan lafal yang ada sebelum wau(atau yang lainnya
dari huruf athaf) disebut ma’tuf alaih.
kita
dapat melihat bahwa ma’tuf mengikuti ma’tuf alaih dalam i’rab-nya (rafa’,
nasab, jar, dan jazm). Oleh sebab itu, ma’tuf disebut pula tabi’ atau pengikut,
sedangkan ma’tuf alaih disebut matbu’ atau yang diikuti.
Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kekurangannya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Terima kasih karena telah membaca dan mempelajari
makalah ini. Kami banyak berharap pada pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya
Terakhir kami ucapkan, semoga bermanfaat bagi kita
semua.Dan
Wabillahi
taufik walhidayah
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh. ^_^
No comments:
Post a Comment